Jumat, 19 Agustus 2011

Hati Yang Merindu

Ditengah kebahagiaan hidupnya dan kesuksesan karier, hatinya merindu sosok pendamping hidup. Impiannya mewujudkan keluarga yang indah pernah sekali kandas. Hal itu membekas didalam hati. Membuat hatinya terluka perih. Setiap kali ibundanya yang disayangi bercerita keinginannya untuk lekas menimang cucu selalu saja membuat air matanya mengalir membasahi dipipi. "Ya Allah, entah sampai kapan Engkau kirimkan suami yang terbaik dari sisiMu untukku?," ucapnya lirih. Merenung dan terdiam dalam kesendirian. Dia yakin Allah akan mengutus seorang suami yang akan melamar dirinya.

Disela kesibukannya mengajar sampai kemudian disempatkannya mampir ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh dengan harapan Allah segera memberikan jodoh untuk dirinya. Impian yang sudah lama dipendam. Kebiasaannya pergi ke toko buku adalah kebahagiaan tersendiri baginya. Seorang ikhwan disamping sedang asyik membaca buku, membuatnya penasaran, dilirik buku yang sedang dibacanya. Senyumannya mengembang, perbincangan hangat tentang buku membuatnya saling tertarik. Perkenalan itu terus berlanjut.

Sore itu hatinya bergetar ketika membaca SMS dari ikhwan yang baru dikenalnya itu. "Assalamu'alaikum Ukhti, sholatlah istikharah memohon petunjuk kepada Allah, ana hendak melamar ukhti. Ditunggu jawabannya besok." Deg, jantungnya seolah berhenti. SMS itu membuatnya bersujud dihadapan Allah. Allah menjawab dengan kemudahan semua terjadi begitu cepat dan mengalir seolah tiada halangan. Proses walimah dilangsungkan dengan sederhana. Wajah sang ibunda nampak tersenyum dengan penuh keceriaan. Menyaksikan pernikahan putri yang dicintai karena telah mengantarkan putrinya ke gerbang pintu kebahagiaan. Hati yang merindu telah datang jodohnya.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. ( Qs. Ath-Thalaq : 4).

Wassalam,
M. Agus Syafii

Selasa, 16 Agustus 2011

Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW


Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:

“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”